Dampak buruk banjir terhadap kendaraan bermotor, sebetulnya bisa diantisipasi sejak awal. Cara yang dapat kita lakukan untuk mengantisipasi banjir adalah tahu batas toleransi ketinggian mobil ketika terendam air.
Untuk mobil jenis sedan, sebaiknya jangan sampai melampaui ketinggian aman 1/2 roda. Lalu, pada saat menerjang banjir, pengemudi harus bisa mempertahankan kecepatan secara konstan, paling tidak menggunakan gear-1 pada mobil dengan transmisi manual.
Sedangkan untuk mobil bertransmisi otomatis, sebaiknya menggunakan low gera (posisi L di tuas transmisi). Putaran mesin juga jangan kurang dari 2.000-3.000 rpm.
Selain itu adalah mempersiapkan mobil menjadi waterproof. Caranya, periksa dan pastikan semua karet sealent tidak bocor., terutama sealent pada distributor yang menjadi sumber pengapian. Agar lebih aman, sebaiknya distributor disemprot dengan silicone spray lubricant yang banyak dijual di pasaran.
Atau, ada pula cara yang lebih ekstrem, yaitu memperpanjang saluran lubang nafas dengan menggunakan snorkel. Tapi jangan lupa melindungi kabel pengapian dengan sealent, serta mengganti kabel busi dengan yang anti-air seperti yang sering digunakan mobil off-road.
Ketika mobil terjebak banjir, langkah awal yang harus dilakukan adalah membuka filter udara dan mengeringkan kabel busi serta distributor, dengan menggunakan kompresor angin atau tissue. Setelah itu, tekan pedal gas sampai mentok, lalu distarter.
Namun sebelumnya harus yakin bahwa air belum masuk ruang karburator. Jika saat starter terasa berat, sebaiknya jangan terus dipaksa, karena bisa terjadi 'water hammer' yang menyebabkan setang piston patah.
Penanganan kerusakan pada mesin diesel pasca banjir berbeda dengan mesin bensin, meski sama-sama berisiko mengalami 'water hammer'.
Namun mesin diesel yang kompresinya jauh lebih tinggi, biasanya lebih berisiko mengalami kerusakan fatal pada bagian isi mesinnya akibat 'water hammer'. Jadi filter udara yang basah pun dapat mengakibatkan 'water hammer' pada mesin diesel ketimbang mesin bensin.