• home
Home » , , » Yamaha F1ZR ’94 Jogjakarta

Yamaha F1ZR ’94 Jogjakarta

Yamaha F1ZR ’94
Yamaha F1ZR ’94 Jogjakarta Bicara kelas-kelas dalam dunia dragbike alias balap karapan dipastikan makin variatif. Utamanya yang mengaplikasi mesin 4 langkah sesuai perkembangan jaman. Namun, jangan salah persepsi juga. Kategori 2 Tak tetap menarik dicermati. Maklum, ini kelas lawas yang populer lebih awal.  Termasuk lebih efisien sehubungan setting mesin sehingga akrab di telinga tuner. Salah satunya Bebek 2 Tak Tune Up s/d 115 cc. Disini bertarung kudabesi macam Yamaha F1ZR, RG Sport dan lain-lain.

“F1ZR ini pernah menorehkan best-time fantastis hingga 7,8 detik untuk jarak 201 meter, “bangga Nto-Nto, juragan tim Cream Pie Racing Jogjakarta mengandalkan dragster senior VP Mboted. Mencermati waktu tersebut dipastikan sebanding dengan Sport 2 Tak Tune Up s/d 140 cc ataupun Sport 4 Tak Tune Up s/d 200 cc. Secara logika, postur tubuh Bebek 2 Tak yang lebih kecil dan ringan sanggup melesat lebih cepat selama petarung dapat start dengan baik.

“Exhaust atau lubang buang menjadi perhatian awal. Saat ini dengan tinggi 23,8 mm, lebar 40 mm. Bentuknya seperti trapesium, “beber mekanik Kusmiyanto, gaul disapa Ciplex yang juga menaikkan lubang transfer 1,5 mm. Mengacu teori, semakin tinggi exhaust akan semakin baik di top-speed namun semakin mengorbankan RPM bawah. “Jadi rumusan  tersebut tadi begitu mumpuni untuk jarak 201 meter, “timpal VP Mboted yang berasal dari Sleman, Jogjakarta dan sebelumnya populer di balap liar seputar DIY-Jateng.

Cerita berlanjut. Perubahan ruang bakar tersebut tadi membutuhkan suplai gas aktif yang memadai. Ini mutlak hukumnya. “Melalui berbagai riset, lebih efisien pada karbu TM 34 mm. Pernah menggunakan yang 36 namun melempem di putaran bawah, “ungkap Ciplex yang mengadopsi spuyer 300 untuk main-jet dan 80 bagi pilot-jet. Bagaimanapun juga, ketika jalur bahan bakar dan udara sudah didesain dengan output volume yang lebih padat, maka dibutuhkan tekanan yang lebih tinggi.

Volume ruang bakar pada head-cylinder berada pada 12,8 cc, disamping itu blok silinder dipapas 0,9 mm dan cop sebesar 6 mm.  “Makin mantap, karbu tadi didukung pula membran V Force III dan pengapian all-in milik YZ 125. Akselerasi lebih responsif di berbagai tingkatan RPM mesin, “tambah Ciplex yang menggeser timing pengapian 18 derajat sebelum TMA (Titik Mati Atas). | | ogy

CUKUP ROMBAK RASIO I & II
Setelah melalui berbagai langkah ubahan tersebut diatas, selanjutnya ramuan perbandingan gigi rasio menjadi atensi. Ini perangkat penting penyalur tenaga sebelum menuju kinerja final-gear. Tentu saja, hal yang diharapkan menyangkut semburan power dapat berlaku optimal, sekaligus lebih gampang dijinakkan. So, dua konteks demikian memang tidak dapat dipisahkan. Power maksimal dibarengi handling yang lebih bersahabat.

“Setelah melalu berbagai ujicoba, cukup rasio I dan II yang diubah, “ujar Ciplex menerangkan secara garis besar, rasio I (14-28) dan II (17-27) dibuat lebih berat dari bawaan standar pabrik. Sampai disini jelas bertujuan untuk memudahkan joki saat momen start. Gejala liar tidak hadir.  Berdasar logika, lonjakan tenaga yang sangat drastis dijamin tidak sesuai dengan rasio asli. Urusan final-gear diplot pada 13-35 untuk lintasan sepanjang 201 meter. ogy

SPEK KOREKAN :
MEMBRAN : V Force III, RASIO : 14-28 (I) dan 17-27 (II), PENGAPIAN : Yamaha YZ 125, KNALPOT : Cream Pie Jogjakarta, FINAL GEAR : 13-35 (201 M)
Diberdayakan oleh Blogger.